Sabtu, 25 Februari 2012

Waspada, Malware Android Beredar via Facebook

Facebook for Android (ist)
Jakarta - Para bandit cyber menemukan cara baru menyebarkan progam jahat untuk Android. Setelah dihadang Google Bouncer, sejumlah malware kini beredar melalui Facebook.

Untuk mengantisipasi serangan malware yang membludak di perangkat Android, Google memang telah membangun aplikasi baru yang disebut Bouncer. Aplikasi ini berfungsi untuk menyaring konten apa saja yang ada di Android Market.

Seakan tak kehilangan akal, para penjahat cyber pun mencoba lebih kreatif dengan menyebarkan malware dengan cari lain, salah satunya melalui Facebook. Seperti dikutip detikINET dari slashgear, Sabtu (25/2/2012).

Malware tersebut menyebar dalam berbagai nama misalnya saja any_name.apk atau atau allnew.apk, dan media penyebarannya dilakukan melalui aplikasi Facebook untuk Android.

Modusnya sejauh ini diketahui adalah dengan menambahkan calon korban sebagai teman dengan berbagai nama samaran. Korban yang merasa penasaran pun akan digiring untuk melihat profil sang pelaku.

Namun bukannya halaman profil yang ditemukan, link tersebut justru merujuk ke sebuah situs berisikan aplikasi jahat yang sudah menanti untuk diunduh.

Nah di sini pengguna dituntut untuk lebih jeli. Android tidak memperbolehkan penggunanya untuk mengunduh aplikasi dari situs tak jelas tanpa izin, jadi seharusnya serang semacam ini bisa dengan mudah dihindari.

Menurut penyedia jasa keamanan Sophos, jika sudah terpasang maka aplikasi tersebut akan secara otomatis membuat pengguna berlangganan sms premium atau aksi merugikan lainnya.

Agar lebih aman pengguna Android disarankan untuk membuat pengaturan yang hanya mengizinkan instalasi aplikasi melalui Android Market.

sumber

Kamis, 16 Februari 2012

'Data Center Tidak Harus Terlalu Dingin'

ilustrasi (ist)
Cisarua, Bogor - Sebagai perusahaan yang kerap bergelut dengan media penyimpanan, wajar rasanya jika NetApp memiliki beberapa data center di berbagai wilayah. Meski demikian, mereka mengklaim data center tersebut ramah lingkungan.

Untuk menciptakan data center yang 'sehat' tentunya harus didukung dengan sarana yang memadai, misalnya saja sistem pendingan yang cukup dan tidak berlebihan.

"Saya sering lihat tuh, orang masuk data center dengan jaket tebal kerena memang kondisinya sangat dingin. Kondisi seperti itu sebenarnya tidak perlu," ujar Steven Law, Country Manager NetApp untuk Indonesia dan Filipina.

Menurut Steven, hal itu sebenarnya tidak diperlukan. Selain akan lebih boros daya karena harus menekan suhu ruangan sedingin mungkin, hal tersebut juga tidak efiesien.

"Harusnya yang diperhatikan itu adalah distribusi dingin yang merata," tambah Steven, di The Pinewood, Cisarua, Bogor Jumat (17/2/2012).

Nah itulah salah satu faktor yang membuat data center NetApp lebih hemat daya dari lainnya.

"Tiap data center kami menghabiskan sekitar 4 megawatt. Paling kecil dari yang lain," tandas Steven.

Hingga kini data center NetApp tersebut di 5 negara di seluruh dunia, termasuk di Singapura dan India yang digunakan untuk melayani para penggunanya di Indonesia.

sumber

Mengapa Akun Anonim Menarik?

Nukman Luthfie (sudutpandang.com)
Jakarta - Kehadiran akun anonymous atau anonim di Twitter bukanlah sesuatu yang baru. Namun akhir-akhir ini akun-akun seperti itu semakin banyak bermunculan dan sering menarik perhatian. Mengapa demikian?

Melihat fenomena ini, pengamat social media Nukman Luthfie terlebih dahulu mencoba meluruskan pemahaman publik terhadap akun anonim. Menurut Nukman, lebih tepat akun seperti itu disebut sebagai akun pseudonym atau dalam bahasa Indonesia berarti akun yang menggunakan nama samaran.

"Tidak ada yang disebut sebagai akun anonim. Anonim itu kan tanpa nama. Akun Anda apa? Masa tanpa nama? Nah, yang ada itu akun pseudonym atau samaran. Kalau dulu ada penulis yang menggunakan nama samaran, sekarang ada akun Twitter dengan nama samaran," papar Nukman saat ditemui detikINET.

Disebutkannya, akun Twitter dengan nama samaran sudah ada sejak dulu. Kenapa? Karena memang pengguna bisa menggunakan nama apapun di Twitter, tidak ada aturannya. Namun konten yang dihasilkan akun-akun samaran tersebut sifatnya tidak kontroversial.

"Belakangan, muncul akun samaran untuk tujuan-tujuan yang kita tidak tahu apa, dan isinya sangat kontroversial. Misalnya yang bernuansa politik, membongkar kebobrokan pemerintah, berbau SARA," kata Nukman.

Seringkali, apa yang ditweet akun tersebut adalah pernyataan-pernyataan yang tidak dimuat di media resmi. Tentu saja, karena media resmi punya aturan-aturan tertentu, sehingga Twitter dijadikan alternatif untuk merilis informasi seperti ini.

"Karena sifatnya menjadi pelengkap media-media yang gak bisa mengeluarkan statement seperti itu, orang jadi tertarik. Wah, ada apa ini? Karena tertarik, followernya pun jadi tinggi di atas rata-rata akun milik orang biasa," jelasnya.

Namun berdasarkan risetnya, jumlah follower akun samaran yang kontennya 'berat' tetap tidak bisa mengalahkan akun populer yang disukai anak-anak muda.

"Akun samaran yang kontroversial itu rata-rata followernya mentok di angka 57 ribu. Artinya apa? Akun samaran yang membeberkan mengenai politik penyukanya tidak sebanyak akun samaran yang isinya lebih ke entertainment," papar Nukman.

Nukman juga mengamati bahwa akun semacam ini di Indonesia umumnya hanya mengumumkan celoteh, tidak menampilkan bukti-bukti. Dibandingkan dengan Wikileaks misalnya, meski tidak mengeluarkan hal kontroversial tapi akunnya membawa bukti berupa dokumen yang membuat orang yang kehilangan dokumen itu kebakaran jenggot.

sumber

Tiru Twitter, Facebook Mulai Verifikasi Akun Pengguna

Jakarta - Facebook melakukan langkah yang sama seperti yang dilakukan Twitter, yakni memverifikasi akun-akun tertentu. Namun, tetap ada perbedaan verifikasi di antara fitur kedua media sosial tersebut.

Penawaran ini baru saja dikeluarkan oleh situs besutan Mark Zuckeberg ini bagi sejumlah user. Bagi penggunanya sendiri, ada keuntungan yang didapat dari akun yang telah lolos 'tes'. Nantinya akun tersebut akan lebih sering muncul di daftar 'people to subscribe'.

Twitter adalah inisiator dari 'verified accounts' dan mulai memakainya di tahun 2009. Situs besutan Google, yakni Google+ meniru langkah ini sesaat setelah ia diluncurkan.

Namun untuk penerapannya di Facebook, ia memiliki perbedaan dengan versi Twitter. Dikutip detikINET dari YahooNews, Jumat (17/2/2012), Facebook tidak akan mendisplay badge apapaun di akun yang telah ia 'cap'.

Nah, untuk menggantikan langkah itu, pengguna yang sudah diverifikasi akan diberikan opsi untuk mendisplay nickname alih-alih nama asli mereka. Seperti diketahui Facebook sebenarnya meminta semua pengguna untuk memakai nama asli.

Bagaimana cara mendapatkan verisifikasi ini? Dikatakan, pengguna diminta untuk mengirimkan foto ID, sertifikat kelahiran atau kartu kredit ke Facebook. Meski disadari pihaknya bahwa langkah ini tak mudah, namun Facebook berjanji akan menghapus data ini seusai proses verifikasi. 

Yang patut dicatat adalah, penawaran ini tidak berlaku untuk semua pengguna, melainkan untuk sejumlah kalangan saja, agaknya mereka yang memiliki subscriber banyak.
 

Pengguna Twitter Lebih Seksi Ketimbang Facebook?

Add caption
Jakarta - Siapa yang lebih seksi, pengguna Facebook atau Twitter? Berdasarkan sebuah survei, ternyata lebih banyak pengguna Twitter yang merasa dirinya seksi ketimbang pemakai Facebook.

Ya, menyambut hari Valentine kemarin, perusahaan marketing Euro RSCG menyelenggarakan survei pada 1.000 responden di Amerika Serikat. Dikutip detikINET dari PCMag, Jumat (17/2/2012), mereka diberi berbagai pernyataan seputar kehidupan cinta dan seks.

Dari para pengguna aktif Twitter, 40% di antaranya mendeskripsikan dirinya seksi. Hanya 28% Facebooker merasa demikian. Sedangkan 55% Tweeps berhubungan seks sekali seminggu, dibandingkan 'hanya' 46% Facebooker yang melakukannya.

Hasil survei lainnya, 33% Tweep merasa sebagai pelaku cinta yang terampil. Hanya 28% Facebooker mengaku hal yang sama. Jika memilih antara cinta dan seks, 41% pemakai Twitter memilih seks, lebih tinggi ketimbang 33% Facebooker yang mengakui hal serupa.

Mengapa pengguna Twitter merasa dirinya lebih seksi dibandingkan para Facebooker sayangnya tidak disebutkan alasannya dalam survei ini. Bagaimana menurut Anda?

sumber

Kenali Modus Operandi Pembajakan Software

Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Pembajakan software komputer kian canggih. Meski produsen sudah berupaya maksimal untuk mencegahnya, namun tetap saja muncul modus operandi baru. Kenali gejalanya agar kita bisa terhindar dari jeratan software ilegal.

Hardisk Loading

Seperti dipaparkan oleh Justisiari P Kusumah, Sekjen dari Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP), metode pembajakan software yang paling sering terjadi adalah 'Hardisk Loading'.

"Hardisk loading itu biasanya dilakukan oleh para retailer komputer. Orang yang beli komputer dikasih bonus software tak berlisensi," kata dia dalam sosialisasi hak cipta software komputer di Hotel Grand Mahakam, Jakarta, Kamis (16/2/2012).

Under Licensing

Nah, modus pembajakan software ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang hanya membeli sejumlah lisensi, misalnya untuk 30 PC, namun software-nya digunakan untuk 50 PC atau lebih.

Counterfeiting

Ini modus pembajakan software yang dijual lewat CD. Packaging-nya rapi seperti asli. Berbeda dengan CD software bajakan seharga Rp 10-20 ribu yang mudah dikenali. Produk high end counterfeting yang sudah seharga produk asli ini sudah banyak beredar.

Fake COA

COA atau certificate of authenticity, sudah lama digunakan oleh vendor softwar seperti Microsoft untuk menandakan bahwa komputer atau laptop yang menggunakan produknya adalah software berlisensi.

Namun, COA ini mulai banyak dipalsukan. Sepintas memang mirip. Tapi jika diperhatikan dengan seksama, akan ada sejumlah perbedaan karakteristik dari COA tersebut. Mabes Polri sendiri tengah memburu pemalsu COA tersebut.

"Komputer dengan COA palsu ibaratnya mobil yang pakai STNK palsu. Ada juga COA yang asli kletekan, tapi di dalam komputernya pakai OS dan software bajakan. Sudah bukan OS yang asli diinstal pertama kali," kata Justisiari.

Mischanneling

Pelanggaran satu ini biasanya terjadi di kampus-kampus dan sekolahan. Seperti diketahui, kampus maupun sekolah kerap mendapat potongan harga cukup besar dari vendor software, bahkan ada yang sampai 90%.

Nah, benefit dari software dan OS untuk pendidikan ini pernah disalahgunakan oleh pihak dosen atau staf pengajar untuk kepentingan komersial di luar kegiatan mengajar.

Misalnya saja, dosen itu punya perusahaan kecil-kecilan, dan software beserta OS academic license itu digunakan untuk menunjang kegiatan bisnis komersilnya.

"Contoh lainnya, kampus yang membeli academic license dengan harga lebih murah, kemudian dijual lagi ke perusahaan komersil dengan harga lebih mahal, namun masih lebih murah dibanding harga semestinya," kata Justisiari.

Menurut Kombes Polisi Dharma Pongrekun dari Kasubdit Indag Direktorat Tipideksus Bareskri Polri, ada sejumlah sanksi hukum yang bisa dikenakan jika terbukti. Sanksi tersebut ada di Pasal 72 ayat 1, 2, dan 3, dalam UU No.19/2002 tentang Hak Cipta.

Dalam pasal 72 ayat 1, pihak yang terbukti memperbanyak hak cipta tanpa seizin pencipta/pemegang hak cipta, bisa dikenakan pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5 miliar.

Kemudian di pasal 72 ayat 2, pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5 juta bagi pihak yang mengedarkan atau menjual/memperdagangkan kepada umum barang/produk hasil pelanggaran hak cipta.

Sedangkan pihak yang terbukti memperbanyak penggunaan/menggunakan program komputer secara tanpa hak (software bajakan) untuk kepentingan komersial, dalam pasal 72 ayat 3, bisa dikenakan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500 juta.

sumber

Susul Nokia & Microsoft, Ericsson Tunjuk Bos Baru

Sam Saba (ericsson)
Jakarta - Awal 2012, beberapa vendor IT dan telekomunikasi seakan sahut-sahutan dalam mengumumkan pergantian kepemimpinan di Indonesia. Setelah Nokia dan Microsoft, kini giliran Ericsson yang juga berganti nakhoda.

Mulai 1 Februari 2012, Sam Saba ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Ericsson Indonesia yang termasuk di dalam region Asia Tenggara dan Oseania. Sam menggantikan Mats V. Otterstedt yang akan kembali ke Swedia untuk peran lainnya di kantor pusat Ericsson.

Sam Saba sendiri sebelum di Indonesia menjabat sebagai CEO Ericsson Australia, Selandia Baru dan Fiji. Demikian keterangan tertulis yang diterima detikINET, Kamis (16/2/2012).

Sam telah bekerja di Ericsson selama hampir 17 tahun, termasuk 5 tahun di Indonesia dari tahun 1997 sampai 2002 dan beberapa tahun di Middle East dan ANZA dengan berbagai posisi kunci atau senior manajemen.

"Dengan populasi penduduk terbanyak ke-4 di dunia, Indonesia memiliki pasar dan permintaan yang besar untuk jasa telekomunikasi," kata Sam.

"Ericsson telah hadir di Indonesia selama lebih dari 100 tahun dan memainkan peran kunci dalam pengembangan industri telekomunikasi di negara ini, menyediakan jaringan, solusi dan layanan, termasuk Managed Services untuk pasar telekomunikasi. Saya berharap untuk terus membangun kemitraan yang kuat dengan pelanggan kami, dan kami tetap berkomitmen untuk mendukung perkembangan industri telekomunikasi Indonesia lebih maju lagi," ungkapnya.

Menurut Arun Bansal, President Ericsson Region Asia Tenggara dan Oseania, Sam telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pasar Australia, Selandia Baru dan Fiji.

"Di bawah kepemimpinannya, kami telah meluncurkan LTE dengan Telstra, membangun NBN Co Fixed Wireless Network, dan mensuplai kabel fiber untuk Chorus dan GPON ke Northpower sebagai bagian dari jaringan super cepat di Selandia Baru," kata Arun.

"Kami yakin bahwa Sam akan membawa semangat dan dedikasi yang sama untuk peran barunya di Indonesia," pungkasnya.

sumber